BMH Depok - Program
senyum anak Indonesia sebagai induk program pendidikan Baitul Maal Hidayatullah
(BMH) telah berjalan cukup lama dan mendapat sambutan dari berbagai pihak,
terutama perusahaan-perusahaan nasional yang memiliki kesamaan visi terhadap
pendidikan. Satu diantaranya adalah PT. Sarana Multigriya Finansial (PT. SMF).
Dua tahun
silam (2013) Evi Daria Effendi, Direktur keuangan PT. SMF yang berkunjung
langsung di salah satu lokasi penerima manfaat Program Senyum Anak Indonesia
mengungkapkan rasa bahagianya terhadap program ini.
“saya
merasa sangat bahagia bertemu langsung dengan anak-anak penerima beasiswa dari
PT. SMF melalui BMH”. Ujarnya bersama dengan serombongan. Ia bahkan
bercengkrama dengan anak-anak yang berasal dari kampung tersebut.
“Ini adalah
bentuk kepedulian PT. SMF untuk memajukan pendidikan anak bangsa,” Ujar Evi
yang menambahkan PT. SMF menaruh perhatian kepada pendidikan anak-anak.
Selain itu,
ia juga tetap mengharapkan agar anak-anak penerima beasiswa tetap bersemangat
dan menunjukkan prestasinya sehingga bisa mendapatkan bantuan beasiswa hingga
perguruan tinggi.
Ade
Syariful Alam selaku General Manager BMH pusat menjelaskan bahwa untuk wilayah
Jabodetabek, ada 12 titik lokasi daerah penerima beasiswa BMH. Pada 2014 Program
Senyum Anak Indonesia mendapat gelar rekor MURI dengan pembagian paket
pendidikan terluas di seluruh Indonesia.
Sementara
itu secara nasional, BMH di tahun 2013-2014 telah memberikan beasiswa kepada
5.332 siswa dan terus meningkat. Di tahun 2015 telah mencapai angka 6.513
siswa. Menariknya, para siswa tidak hanya diberikan beasiswa tapi juga
endapatkan pembinaan sehingga mereka menjadi siswa-siswa yang berahlak dan
berprestasi.
Mereka yang
Belum Tersenyum
Peningkatan
program Senyum Anak Indonesia ini tidak saja masih relevan tetapi juga sangat
dibutuhkan. Berdasarkan data UNICEF per juni 2015 sebanyak 2,5 juta anak
Indonesia tidak dapat menikmati pendidikan lanjutan dengan rinci sebanyak 600
ribu anak usia Sekolah Dasar (SD) dan 1,9 juta anak usia sekolah Menengah
Pertama (SMP).
Data
statistik tingkat provinsi dan kabupaten menunjukkan bahwa terdapat kelompok
anak-anak tertentu yang terkena dampak paling rentan yang sebagian besar
berasal dari keluarga miskin sehingga tidak mampu melanjutkan pendidikan ke
jenjang selanjutnya. Terlebih tahun 2015 negeri ini mengalami “gempa” ekonomi
yang mengakibatkan terjadinya pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara besar besaran.
Dengan kata
lain, potensi meningkatnya anak-anak
Indonesia yang tidak atau putus sekoah alias belum dan tidak tersenyum semakin
besar. Atas dasr itulah BMH terus mengajak semua pihak untuk peduli dan
bersegera membantu calon pemimpin masa depan negri ini untuk mendapatkan
pendidikan yang layak dan mereka idam-idamkan.
Jika tidak
sekarang, kapan lagi dan jika bukan kita siapa lagi? Bukankah nasib bangsa esok
hari di tangan anak-anak hari ini?
Melalui
Program Senyum Anak Indonesia, mari bersama BMH kita selamatkan bangsa untuk
membawa bangsa dan negara kita cemerlang di masa mendatang.
0 komentar:
Posting Komentar