BMH Depok - Bayangkan, seandainya kita tersesat di tengah hutan
luas nan lebat. Tentu kita kehilangan orientasi, kemana arah barat, timur,
selatan maupun utara. Saat keadaan genting seperti ini tentu yang paling kita
butuhkan adalah peta atau kompas. Hidup
di dunia ini tak ubahnya seperti tersesat di tengah belantara. Ada tempat yang
dituju, yaitu kehidupan akhirat yang lebih lama dan terbentang misteri yang tak
terduga. Manusia tak ada yang tahu apa yang akan terjadi besok, lusa, tahun
depan, dan seterusnya.
Agar kita bisa hidup dan berjalan dengan penuh
kepastian, apa yang harus kita lakukan sekarang, hendak kemana selanjutnya,
maka kita perlu petunjuk kehidupan yaitu Al-Qur’an dan Hadits. Semua urusan
manusia diatur dalam Al-Qur’an dan Hadits dengan sempurna, menuntun manusia
agar manusia selamat dalam mengarungi kehidupannya di dunia dan di akhirat.
Sebab jika mengikuti petunjuk Allah, maka dijamin
tidak akan tersesat selama-lamanya. Garansi ini berlaku sepanjang sejarah
kehidupan itu sendiri. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman yqang artinya:
“Maka jika datang kepada kalian petunjuk dari Ku
(ikutilah). Barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, dia tidak akan sesat dan
tidak akan celaka.” (Q.S. Thaha: 123).
Masyarakat umum –khususnya kaum muda dan
mudi—mengalami kepenatan hidup dengan berbagai problematikanya, membuat jiwa
mereka tersiksa. Mereka dihinggapi berbagai penyakit jiwa juga penyakit yang
menggerogoti fisiknya yang lemah. Hal itu terus berlangsung dan dipertegas lagi
dengan jauhnya mereka dari Allah. Semakin sedikit pemuda kita pergi ke mesjid
untuk menunaikan sholat jamaah dan membaca Al-Qur’an untuk menguatkan keimanan
mereka agar mampu menghadapi permasalahan hidup.
Segala kesenangan dunia membuat mereka lalai dan
melupakan Allah, akhirnya hidup dalam kesempitan. Setiap punya masalah, selalu
pendek akal. Itulah keadaan orang-orang yang masuk dalam keadaan buta.
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman: “Maka barang
siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh dia akan menjalani
kehidupan yang sempit dan kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam
keadaan buta.” (Q.S. Thaha: 124).
Kelezatan
Al-Qur’an
Jiwa memiliki kebutuhan yang tidak bisa dipenuhi kecuali
dengan dzikrullah dan mencari kelezatan bersama Al-Qur’an. Di lubuk hati
terdapat kegelisahan, kebimbangan dan kegoncangan yang tidak dapat sirna
kecuali dengan petunjukn cahaya Al-Qur’an, kefakiran yang tidak dapat dicukupi
kecuali dengan berbekal hikmah dan hukum-hukumnya. Allah berfirman: “Sungguh
tekah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur’an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi
penyakit yang ada dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang
beriman.” (Q.S. Yunus: 57).
Pribadi-pribadi yang berkualitas akan lahir karena
kedekatan mereka dengan Al-Qur’an, akhirnya akan terbentuk keluarga yang
sakinah mawaddah warahmah. Maka terbangunlah masyarakat yang diberkahi oleh
Allah, yang pernah dibangun oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam. Untuk
mengembalikan kita pada pola interaksi yang benar terhadap Al-Qur’an. Akan
menjadi sumber kekuatan dalam membangun peradaban yang mulia. Kiat-kiat berikut
sangat perlu diwujudkan:
- Tilawah wa tartil (selalu membaca dan benar),
- Tadabbur (merenungkan kandungannya),
- Hifzh (menghafalkannya),
- Ta’lim (mengajarkannya),
- Istima, (mendengarkannya),
- Attalaqqi lii ‘amal (menerima untuk diamalkan),
- Tahkim (sebagai pemutus perkara),
- Manhaj Al-Hayah (acuan kehidupan).
0 komentar:
Posting Komentar