BMH Depok - Pertanyaan :
Saya Dedi (26 tahun), seorang suami. Menikah belum genap 1 tahun. Selama saya menikah, tidak mendapatkan nafkah batin seperti yang saya harapkan. Jujur, saya menikah bukan dilandasi oleh cinta, tapi sebagai pelarian karena saya dulu pernah ditinggal menikah oleh wanita impian saya. Apakah saya salah jika saya ingin berpisah dari istri karena saya merasa tidak pernah mendapatkan nafkah batin seperti yang saya harapkan ? Wassalamu'alaikum Warahmatullahi wa barakatuh.
Jawab :
Wa'alaikumsalam Warahmatullahi wa barakatuh
Bapak Dedi, berdasarkan apa yang anda sampaikan, pertama saya menyampaikan selamat menempuh kehidupan baru bersama istri walau sudah beberapa bulan, di mana pernikahan anda yang belum genap satu tahun seharusnya menjadi momen yang indah yang penuh dengan kegembiraan. Saya mengajak anda untuk merenungkan dan mengenang pengorbanan istri Anda menjadi permaisuri rumah tangga. Dia tinggalkan keluarga yang telah membesarkannya untuk hidup dengan anda sebagai orang baru dalam hidupnya. Jadikanlah dia kekasih hati, tempat mengadu dan sahabat yang setia. Ingatlah apa yang disebutkan dalam hadits Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassallam" TULAA IBUKA WA TULAA IBUHA" (HR. Bukhari dan Muslim) yang artinya :
"Dia istri bermain dan bersendaguarau dengannya".
Rasulullah SAW menganjurkan kepada kita para suami untuk mewujudkan kemesraan dengan istri supaya tenang dan leluasa berada di samping suami. Semoga anda dapat mewujudkannya.
Bapak Dedi, mengenai nafkah batin, di sini saya akan sampaikan rinciannya, sebab anda nampaknya telah membatasinya dalam bentuk hubungan intim suami istri, mohon maaf bila saya salah menilain yang sebenarnya lebih luas dari itu. Nafkah batin yang dimaksud lebih kearah membahagiakan pasangan hidup suami istri dari sisi mental dan kejiwaan. Maka macam-macam nafkah batin bisa kita urai menjadi :
Bapak Dedi, mengenai nafkah batin, di sini saya akan sampaikan rinciannya, sebab anda nampaknya telah membatasinya dalam bentuk hubungan intim suami istri, mohon maaf bila saya salah menilain yang sebenarnya lebih luas dari itu. Nafkah batin yang dimaksud lebih kearah membahagiakan pasangan hidup suami istri dari sisi mental dan kejiwaan. Maka macam-macam nafkah batin bisa kita urai menjadi :
- Hubungan intim
- Rasa cinta dan kasih sayang
- Berbagi ilmu dunia dan akhirat (agama)
- Rasa saling percaya
- Kejelasan masa depan
- Saling menjalankan hak dan kewajiban
- Hubungan komunikasi yang baik
- Saling setia
- Rsa aman dan saling menjaga
- Menghormati dan menghargai keluarga pasangan
- Menyelesaikan masalah tanpa menimbulkan masalah yang baru
- dan lain-lain sebagainya.
"Dan bergaullah dengan mereka (istri) secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak." (QS. An-Nisa' : 19).
Bapak Dedi, jangan terpaku dengan masa lalu yang tidak mungkin kembali. Biarlah kenangan itu menjadi sejarah. Hadapi kenyataan anda saat ini. Jadikan diri anda sebagai suami yang baik bagi istri anda. Belajarlah menjadi suami unggul yang mendampingi istri dan mengayomi keluarga yang kelak akan lahir generasi unggul dari rahimnya.
Berikan pelayanan kepada istri secara prima, karena bisa jadi Allah anugerahkan istri anda kemampuan untuk melayani anda dengan prima pula, sehingga anda pun pada akhirnya mendapatkan kepuasan nafkah batin seperti yang anda harapkan. Aamiin.
"Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka...."(QS. At-tahrim : 6). Selamat berjuang. Wallahu a'lam.*Ust. Endang Abdurrahman (Pengasuh Pondok Pesantren Hidayatullah Batu)