BMH Depok - Tahun baru Hijriyah 1437 H sudah tiba, Bagi yang merasa bahwa tahun baru adalah pertanda anugerah Allah untuk menambah kesempatan beramal shalih, layak bagi mereka untuk bersyukur seraya merencanakan peningkatan kualitas diri dalam menjalankan profesi sebagai hamba Allah.
Cara pandang yang baik ini juga mengarahkan si empunya untuk menyambut dengan cara yang baik. Introspeksi diri (Muhasabah) sering kali dipakai sebagai acara alternatif secara kolektif, sekaligus menjadi dasar perencanaan pada tahun yang segera dijalaninya.
tidak lupa sekaligus kesempatan itu dimanfaatkan sebagai momentum untuk banyak beristigfar atas segala kekhilafan dan kenakalan berupa penyia-nyiaan kewajiban, pelanggaran yang haram atau mengabaikan kesunahan juga menganggurkan potensi kesehatan, kekuatan pikir, tenaga fisik dan kesempatan yang telah sekian banyak Allah berikan. Kenakalan yang luar biasa yang dilakukan pribadi yang merupakan hamba yang sangat lemah persis di depan penglihatan Allah. Astaghfirullah al-Adzim.
Menjadi berbeda acara jika tahun baru dipandang sebagai indikator tambahnya kesempatan untuk memburu pemuas nafsu. Semangat berhibur mendominasi acara pengikut madzhab ini. Bernyanyi, mengumbar tawa, berbaur muda mudi, dibawah taburan cahaya multi warna adalah salah satu ekspresi mereka. Sebagian lagi entah di gunung, pantai anugerah Allah dengan menantangnya dengan nada dan ekspresi gembira. Ma'adzanallah.
Boleh jadi timbul pertanyaan, memangnya ada tuntunan Nabi untuk menyambut tahun baru, hingga mudah bagi seorang muslim menapaktilasi atau setidaknya mendekatinya. Dalam Islam sasuatu dianggap mulia karena Allah memuliakannya, baik itu mahluk hidup maupun benda mati di jagad raya. Ada hari yang Allah muliakan begitu pula malam dan bulan, tetapi tidak ada tahun khusus yang dimuliakan Allah, tidak pula bagian-bagian tahun atas nama awal, tengah maupun akhirnya.
Abu Qatadah r.a berkata:"Sesungguhnya Allah memilih beberapa pilihan dari mahluknya. Ia memilih para rasul sebagai pilihan diantara para malaikat. Diantara sekian manusia ia juga memilih orang-orang tertentu menjadi utusannya. Dari ucapan ia memilih berdzikir kepadanya. Dari bumi(nya-pen) ia memilih masjid. diantara bulan-bulan yang ada ia memilih Ramadhan dan bulan-bulan haram (Dzulhijjah, Dzulqa'dah, muharam dan Rajab). Diantara siang-siang hari ia memilih hari Jum'at. Dan dimalam-malam hari Allah memilih Lailat al-Qadr. Maka dari itu agungkanlah /muliakanlah apa yang diagungkan Allah. Sesungguhnya segala sesuatu diagungkan sesuai dengan bagaimana Allah mengagungkannya.
Bulan Muharram mulia bukan karena berada di awal tahun, tetapi karena Allah menjadikannya sebagai salah satu dari empat bulan haram. Di mana maksiat di bulan-bulan itu akan berlipat dosanya, sebagaimana ibadah pada bulan itu berlipat pahalanya.
Allah berfirman sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram, itulah ketetapan agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu(QS. Al-Tawbah : 36)
Semoga kita mampu meneruskan semangat Rasulullah untuk meninggikan kalimat Allah dalam berbagai aspek kehidupan kita dan tidak larut dalam adat umat lain yang potensial mengotori akidah kita.*Abu Miqdam
0 komentar:
Posting Komentar