Laits bin Sa’ad
adalah salah satu ulama besar yang pernah dimiliki umat Islam. Beliau lahir
pada pertengahan bulan Sya’ban tahun 93 Hijriah. Orangtuanya adalah orang kaya
di Qalqasyandah dan daerah sekitarnya. Meski demikian, mereka menyadari bahwa ilmu
merupakan bekal terbaik untuk seorang anak dan bekal yang akan mengarahkan
kepada kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Karena itu,
kedua orangtua Laits sepakat untuk memberikan bekal yang jauh lebih baik dari
sekadar harta; yaitu ilmu. Sejak dini Laits telah menghafal Al-Quran,
hadits-hadits, syair-syair Arab dan ilmu-ilmu bahasa yang sampai kepadanya.
Mereka mengirim
Laits ke masjid Amru bin al-Ash. Di sini Laits belajar berbagai macam ilmu dari
ulama-ulama terkemuka. Di antara mereka Yahya bin Sa’id al-Anshari, Abdullah
bin Hubairah as-Saba’i, dan Ubaidillah bin Ja’far. Dari mereka Laits banyak
meriwayatkan hadits Rasulullah. Dan masih banyak lagi ulama, tempat Laits
menimba ilmu semasa belajar di masjid Amru bin al-Ash.
Tidak hanya
sampai di sini perjalanan Laits dalam menuntut ilmu. Ia juga telah melakukan
safar ke Makkah dan Madinah, yang menjadi sumber ilmu-ilmu Islam saat itu,
untuk menimba ilmu. Berbagai majelis ilmu ia ikuti. Di dua kota suci ini, Laits
pernah berguru pada Abu Muhammad bin Muslim al-Madani, Nafi’ Abu Abdullah
ad-Dailami, pelayan ibnu Umar, serta dua imam mazhab yaitu Imam Malik dan Imam
Abu Hanifah.
Karena tingginya
ghirah menuntut ilmu, di kemudian hari ia menjelma menjadi sosok yang faqih
dalam banyak disiplin ilmu. Setiap harinya beliau mengadakan empat kali majelis
ilmu. Majelis pertama untuk penguasa dan para pendampingnya. Kedua untuk pada ahli hadits. Yang ketiga
untuk menjawab problematika yang sedang dihadapi masyarakat. Majelis yang
keempat terkait dengan berbagai hajat hidup manusia.
Karena kefaqihannya
ini, tidak sedikit ulama yang memujinya. Tentangnya Imam Malik berucap, “Berkata
kepadaku ahli ilmu yang aku rela kepadanya.” Imam Syafi’i mengakui kealiman
Imam Laits. Bahkan, beliau mengakui di antara sebab yang menjadikannya pergi ke
Mesir dan tetap tinggal di sana adalah apa yang didengar dan diketahuinya
tentang Imam Laits.
Dalam kitab At-Tahzib, Imam Nawawi pun angkat bicara
mengenai Imam Laits. Beliau menulis, “Semua orang ber-ijma’ akan keagungannya
(Imam Laits), sifat amanahnya dan ketinggian derajatnya dalam fiqih dan hadits.”
Sosok Dermawan
Imam Laits
terlahir dari keluarga yang berada. Beliau mewarisi kemahiran orangtuanya dalam
berniaga. Kekayaannya pun melimpah. Tapi simak tuturan beliau: “Aku belum
pernah sekalipun terkena kewajiban zakat.”
Itu tidak
lain karena kegemarannya dalam mendermakan kekayaannya. Qutaibah bin Sa’id
menuturkan bahwa Laits dalam setiap hari selalu bersedekah kepada 300 fakir
miskin. Beliau wafat pada hari Kamis dan dimakamkan pada hari Jum’at tahun 175
Hijriah. Semoga kita bisa meneladaninya. Allahumma Aamiin.*/Khairul Hibri
0 komentar:
Posting Komentar