“Adakah
sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?
Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (QS. Az-Zumar: 9)
Ayat Al-Quran di atas sungguh sangat
mengusik akal dan hati orang-orang beriman. Mengapa Allah sampai membuat
penjelasan yang sedemikian tegas tentang keadaan manusia?
Secara sederhana dapat dipahami bahwa
betapa Allah sangat ingin umat Islam ini selamat dari kebodohan yang akan
membuatnya tergelincir pada kerugian yang menyengsarakan (neraka).
Pada saat yang sama Allah menghendaki
setiap muslim unuk benar-benar mengetahui inti dan hakikat dari kehidupan dunia
yang fana ini. Dan, mustahil manusia bisa mengetahuinya jika hanya bersandar
pada kekuatan rasio dan indera semata.
Di sinilah umat Islam tidak boleh jauh (apalagi
sengaja menjauh) dari Al-Quran dan sunnah. Karena hanya melalui keduanya kita
akan memperoleh pengetahuan yang haq, sehingga selamat dari kebodohan dan
siksaan yang mengerikan.
Dunia itu Terlaknat
Dalam sebuah hadits disebutkan:
“Dunia
itu terlaknat dan segala yang terkandung di dalamnya pun terlaknat, kecuali
orang yang berdzikir kepada Allah, yang melakukan ketaatan kepada-Nya.” (HR. Tirmidzi)
Jika dipahami dengan akal, jelas hadits
di atas sangat tidak mungkin bisa dipahami secara utuh. Kecuali akal yang telah
diwarnai oleh hati yang dipenuhi iman. Bagaimana mungkin dunia ini terlaknat,
sedangkan segala isinya bisa memberikan kesenangan dan kenikmatan.
Di sinilah beda orang beriman dengan
tidak beriman, yang Allah tegaskan dengan mengetahui dan tidak mengetahui. Dunia
itu terlaknat ketika manusia gagal memanfaatkan segala yang dimiliki, termasuk
harta untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah dan mendatangkan maslahat
bagi kehidupan ummat.
Harta di satu sisi adalah kebutuhan
setiap manusia, apapun agamanya. Namun seorang muslim memandang harta tidak
sama dengan orang kafir.
Seorang muslim mengerti betul bahwa harta
itu adalah titipan Allah dan mesti didayagunakan sepenuhnya untuk mengabdi
kepada-Nya. Di sisi lain, ia mengetahui bahwa harta adalah ujian.
“Sesungguhnya
setiap umat memiliki fitnah, dan fitnah bagi umatku adalah harta.” (HR. Tirmidzi)
Kemudian Rasulullah pun memberikan
penjelasan lebih gamblang lagi, bahwa, “Celakalah
budak dinar, celakalah budak dirham, celakalah budak khamishah (pakaian yang
bagus) dan celakalah budak khamilah (ranjang yang empuk).” (HR. Bukhari)
Dengan kata lain, betapa sangat
berbahayanya seorang muslim yang tidak benar-benar mengetahui hakikat dunia
yang seperti ini, sehingga rusak agamanya, rusak akalnya dan rusak amal
perbuatannya justru karena harta.
Muliakan dengan Jihad
Namun demikian, setelah kalimat ‘dunia
itu terlaknat’, Rasulullah memberikan penjelasan selanjutnya, ‘kecuali orang
yang berdzikir kepada Allah, yang melakukan ketaatan kepada-Nya.’
Dzikir kepada Allah memiliki ragam bentuk
yang sangat banyak. Dan bagi seorang pemilik harta, apalagi kalau bukan dengan
jihad harta. Karena dengan jihad harta itulah, kemuliaan harta benar-benar
nyata.
Itulah mengapa Allah tegaskan hal ini
berulang kali di dalam Al-Quran.
“Dan
berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah.” (QS. 49: 15)
Artinya, seorang muslim akan mulia
bersama hartanya, manakala harta yang dimilikinya benar-benar digunakan untuk
jihad di jalan-Nya. Dan, seorang muslim yang memiliki kekayaan sudah semestinya
bersungguh-sungguh dalam hal ini (jihad harta).
0 komentar:
Posting Komentar