Ramadhan
adalah bulan penuh berkah, bulan yang berlimpah kebaikan di dalamnya, bulan
yang penuh kegembiraan karena setiap kebaikan akan dilipat gandakan
ganjarannya. Tak ada bulan yang lebih mulia dibanding bulan Ramadhan. Karena itu
bulan Ramdhan harus dinanti dan disambut dengan suka cita.
Jika
anak-anak sudah mempunyai perasaan yang positif terhadap Ramadhan, insya Allah
mereka akan berebut untuk menjadikan dirinya sebagai orang yang mampu berpuasa
secara penuh. Meski sebagai orang tua kita tidak boleh mengharuskan anak yang
belum cukup umurnya untuk berpuasa sebagaimana orang dewasa, tetapi memacu
hasrat sangat mungkin kita lakukan.
Apa
yang kami lakukan kepada anak-anak sebelum Ramadhan? Secara sederhana ada dua
hal, menyiapkan penyambutan bulan Ramadhan dan mengatur pelaksanaan puasa.
Selamat Datang Ramadhan
Sekitar
tiga atau dua minggu sebelum Ramadhan tiba, istri saya biasanya sudah mulai
membicarakan dengan anak-anak tentang datangnya bulan yang terindah itu. Anak-anak
diajak untuk merasakan datangnya ramadhan sebagai anugerah. Pada saat yang sama
istri saya mulai berbincang-bincang dengan anak tentang apa yang bisa dilakukan
untuk menyambut Ramadhan. Intinya sederhana, bagaimana anak-anak bisa merasakan
Ramadhan sebagai bulan yang istimewa dan karenanya perlu bergembira dengan
kedatangannya.
Kadang
kami menghiasi ruang tengah, tepat kami akan melakukan sahur dan buka puasa,
dengan kertas warna-warni dan balon yang ditempelkan di sudut ruang atau di tengah-tengah,
sekurang-kurangnya mengubah letak meja dan kursi sehingga ada suasana baru
menjelang Ramadhan. Tapi pernah juga ketika di rumah ada sepupu dan adik
laki-laki yang bisa mengecat, penyambutan ramadhan dilakukan secara lebih
istimewa. Cat rumah diganti dengan warna yang disukai anak-anak, termasuk
kamar. Di salah satu kamar bahkan ada tiga warna yang dipakai. Semua ini untuk
menumbuhkan perasaan positif terhadap Ramadhan.
Menu
juga masuk dalam daftar penyambutan. Ini bukan berhubungan dengan kemewahan,
tetapi berkaitan dengan penyajian. Ketika ada rezeki yang memungkinkan, bisa
saja hari pertama sahur menyajikan menu yang istimewa. Tetapi yang paling pokok
adalah bagaimana anak-anak merasakan bahwa Ramadhan sangat berbeda dibanding
hari-hari biasa. Sama-sama dadar telor, sangat berbeda “rasanya” bagi anak
antara dadar telor yang dibikin begitu saja dengan yang dibikin atas dasar
usulan.
Penyajian
menu istimewa ini terutama untuk sahur pertama hingga ketiga. Setelah itu, menu
akan berjalan seperti biasa.
Anak-anak
juga perlu belajar berbagi. Pada saat yang sama, kita menantang mereka untuk
memancangkan tekad, sampai jam berapa akan berpuasa. Ini terutama untuk anak
yang belum cukup umur. Misalnya yang baru berusia 5 tahun. Tetapi kita tetap
harus ingat bahwa mereka tidak boleh dipaksa puasa sehari penuh.
Mengelola Puasa
Kalau
kita merasa sangat lapar, sesederhana apa pun makanan yang terhidang, akan
nikmat sekali rasanya. Tapi saat mengantuk, makanan yang enak pun sulit
memancing minat. Karena itu, menu saat sahur jauh lebih penting dibanding saat
berbuka. Menu sahur selain menarik bagi anak, juga perlu mempertimbangkan agar
tidak menghidangkan makanan yang mengundang rasa haus.
Habis
sahur, anak-anak perlu dijaga agar tidak tidur. Ba’da subuh hingga sekitar jam
11.00 pagi adalah saat-saat yang sangat penting. Kalau di waktu-waktu tersebut
ada melakukan kegiatan yang menyenangkan dan secara fisik aktif, biasanya waktu
berikutnya hingga saat berbuka tiba tidak ada masalah yang berarti.
Tetapi
kalau kita lalai sehingga mereka tertidur hingga pagi jam 09.00 misalnya, pada
umumnya anak mulai tidak tahan menghadapi haus dan lapar, terutama menjelang
tengah hari. Ini terutama untuk anak-anak yang berusia antara 5-8 tahun.
Anak-anak yang lebih tua pun merasa sangat tidak nyaman sehingga puasa terasa
sangat menyiksa jika mereka tidur antara subuh hingga jam 09.00 atau jam 10.00.
Apalagi kalau tidur mulai habis sahur.
Awal-awal
puasa, biasanya anak makan sahur dalam kondisi mengantuk. Usahakan agar saat
sahur benar-benar menarik anak, menarik bukan karena makanan yang mewah, tetapi
ada kehangatan yang mereka temukan. Selain itu, upaya agar makan sahur lebih
menarik buat mereka adalah dengan menyediakan jajanan anak yang bergizi dan
disukai anak.
Jadi
jika ada rezeki, hidangan sahurlah lebih penting untuk diperhatikan. Bukan buka
puasa. Sekurangnya ada makanan yang menarik minat anak, meskipun hanya dari
cara menyajikannya.
Bangunkan
anak secara menyenangkan. Bangunkan agak awal agar mereka memiliki kesiapan
emosi sebelum makan. Jika memungkinkan, libatkan anak-anak untuk membantu
penyiapan makan sahur sebab ini lebih menggairahkan mereka. Beri mereka tugas
sesuai dengan uurnya. Anak yang berusia 5 tahun bisa kita beri tugas menyiapkan
sendok, misalnya.
Dulu
saya membatasi anak bermain agar tidak melakukan permainan yang banyak menguras
tenaga. Tetapi belakangan saya justru bersikap sebaliknya. Pagi hari mereka
bisa melakukan aktivitas apa puin yang menarik, termasuk bermain bola, sehingga
mereka tidak mengantuk dan secara fisik mereka aktif. Permainan ini bisa
dilakukan sampai sekitar jam 11.00 atau 12.00 WIB. Wallahu a’lam bishawab.
M. Fauzil Adhim; Penulis
Buku Parenting Islam
Sumber:
Majalah MULIA
0 komentar:
Posting Komentar