BMH Depok - Terkadang kita tidak sadar bahwa semua yang ada pada diri kita baik
yang berupa ruh, maupun jasad, itu semua adalah pemberian dari Allah
sebagai bentuk nikmat yang mesti disyukuri. Bahkan lebih dari itu, ada
kemampuan berpikir, merasa, dan berkerja (rasa dan karsa), yang itu juga
asal muasalnya pun dari Allah SWT.
Begitu juga dengan ketersediaan bahan makanan, sandang dan papan yang
secara empirik diolah sedemikian rupa oleh manusia untuk memenuhi hajat
hidupnya, sehingga manusia tetap eksis di muka bumi, yang pada
akhirnya, dunia menjadi ramai dengan berbagai kreasi manusia, itu pun
asal muasalnya adalah ciptaan Allah.
Maka wajarlah jika Allah SWT menyatakan dalam surah yang terpendek dalam Al-Qur’an bahwa “Sesungguhnya
Allah telah memberikan nikmat yang banyak kepadamu maka laksanakanlah
sholat karena Tuhanmu dan berqurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan
diri kepada Allah) sesungguhnya orang-orang yang membencimu dialah yang
terputus (dari rahmat Allah)” (QS. Al-Ashr: 1-3).
Jika kita membandingkan antara apa yang telah kita terima dari Allah
berupa nikma-nikmat dari -Nya dengan apa yang telah kita berikan atau
qurbankan untuk Allah, maka secara sadar kita mengatakan sangatlah tidak
sebanding, bahkan tidak dapat dinbandingkan.
“Jika engkau menghitung nikmat Allah maka sungguh engakau tak dapat menghitungnya” (QS. Ibrahim : 34 dan An-Nahl : 18).
Belum lagi jika kita mengurai nikamat dan karunia Allah berupa Agama
Islam yang dengannya kita dapat mengerti bagaimana mesti menjalani hidup
dan kehidupan di muka bumi ini agar bahagia dan selamat hingga di hari
akhirat. Subhanallah betapa besarnya karunia Allah SWT yang telah
diberikan kepada manuasia.
Tapi Allah tak pernah memaksa hamba-hamba-Nya membalas budi ataupun
jasa, karena meskipun manusia seisi bumi tidak menyembah-Nya kekuasaan
dan kebesaran-Nya sedikitpun tidak terkurangi, begitu pula jika manusia
seisi bumi menyembah-Nya tidak juga dapat menambah kebesaran dan
Kekuasan-Nya, karena sifat Allah Qodim Dia Maha Kuasa dan Maha Besar.
Hal inilah yang disadari dengan sangat mendalam oleh Nabi Ibrahim,
sehingga setelah melalui proes dialog, perenungan dan dzikir, beliau
membulatkan tekad mengorbankan Ismail sebagai bukti kecintaan
kepada-Nya.
Tentu ada pertentangan bathin dalam dirinya, tetapi mengingat Allah
adalah Tuhan yang segala kebaikan telah dilimpahkan dalam kehidupannya,
serta keyakinan bahwa mustahil Allah mencelakakan hamba-Nya, Nabi
Ibrahim mampu mengambil sikap benar dalam iman dan kemudian menjalankan
apapun perintah Allah Ta’ala.
Dengan kata lain, qurban sejatinya akan mendatangkan manfaat dan
maslahat besar bagi kehidupan kita sendiri. Dan, pada hari Idul Qurban,
berqurban adalah amalan yang paling Allah cintai.
“Tiada amal anak Adam yang paling disukai Allah pada hari
penyembelihan daripada mengalirkan darah hewan qurban. Sesungguhnya
hewan yang diqurbankan itu akan datang (dengan kebaikan untuk yang
melakukan qurban) di hari kiamat kelak dengan tanduk-tanduknya, bulu dan
tulang-tulangnya, sesungguhnya (pahala) dari darah hewan qurban akan
jatuh pada suatu tempat di sisi Allah sebelum jatuh ke bumi, maka
lakukanlah ini sepenuh kerelaan hati” (HR. Tirmidz).
Dengan demikian, mari berupaya untuk bergembira, berbahagia dan penuh
kesyukuran menyambut Idul Adha ini dengan gegap gempita menjalankan
perintah berqurban. Insya Allah kebaikan dunia-akhirat telah Allah
siapkan untuk kebahagiaan mereka yang benar-benar melakukan qurban.
Wallahu a’lam.
0 komentar:
Posting Komentar